Pak Ujang: Dari Pak RT ke Fasilitator Desa

  • Whatsapp

Pak Ujang Fuad Hasbi adalah sosok yang tidak asing bagi warga Desa Mekarsari, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung. Selama 14 tahun, ia telah berkiprah dalam berbagai peran penting di desa. Karirnya dimulai sebagai Ketua Rukun Tetangga (RT) pada tahun 2007, dan sejak itu ia terus aktif dalam kepemimpinan desa, termasuk di Karang Taruna. Pada tahun 2010, ia menjabat sebagai Kepala Dusun (Kadus) dan di tahun berikutnya menjadi Kasi Pemberdayaan di Desa Mekarsari.

Tahun 2014, Pak Ujang dipercaya menjadi Kaur Perencanaan dan Program, dengan tanggung jawab besar, yaitu menggali potensi, mengatasi masalah, serta mengevaluasi dan menyusun laporan kegiatan desa. Dalam aktivitas kesehariannya, Pak Ujang juga bertugas sebagai Sekretaris dan operator Puskesos di desa, yang membuatnya sering berinteraksi dengan pemuda melalui Majelis Pertimbangan Karang Taruna.

Pak Ujang sebelumnya pernah berpengalaman sebagai fasilitator desa di BPS, namun tidak secara spesifik berfokus pada pemuda. Hingga kemudian Pak Ujang diberikan mandat untuk menjadi fasilitator desa Program BESTARI 3, program yang berfokus pada pemberdayaan ekonomi orang muda, Kerjasama antara Yayasan SAPA, Save the Children, dan Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Bandung.

Pak Ujang merasa tertantang ketika diberi peran baru ini. Keputusan untuk menerima tanggung jawab ini bukan tanpa alasan. Baginya, ini adalah kesempatan untuk mencoba pendekatan berbeda, terutama dalam memotivasi generasi muda desa yang ia kenal baik. Ia memahami pentingnya mendekatkan diri pada dunia orang muda, yang terus berubah dan berkembang.

Keterlibatan Pak Ujang dalam Program BESTARI 3 kali ini terasa berbeda dan istimewa. Pak Ujang memiliki peran dalam proses perekrutan orang muda usia 18 – 24 tahun, memberikan pelatihan softskill terkait Social Emotional Learning dan Green Mindset kepada orang muda yang menjadi penerima manfaat dalam program ini, dan memonitoring perkembangan mereka.

Pak Ujang mencatat bahwa biasanya pelatihan vokasi berlangsung selama 20 hari dan setelah itu peserta kembali ke kehidupan masing-masing tanpa ada pendampingan lebih lanjut. Namun, kali ini berbeda, karena sebelum masuk ke pelatihan vokasi, peserta diberi sesi SEL selama 3 hari. Menurut Pak Ujang, ini sangat bermanfaat karena membantu peserta membangun kepercayaan diri sejak awal, yang pada gilirannya membuat mereka lebih fokus saat mengikuti pelatihan vokasi.

Selain itu, program ini berlanjut dengan pendampingan setelah pelatihan vokasi selesai, yang bertujuan membantu peserta dalam merintis usaha. Pak Ujang merasa bahwa inisiatif ini jauh lebih bermanfaat dibandingkan pelatihan vokasi konvensional yang berhenti setelah sesi formal selesai.

Salah satu aspek penting lainnya adalah sistem perekrutan peserta. Pak Ujang mengingat bahwa sebelumnya, peserta pelatihan sering kali berasal dari keluarga perangkat desa, sementara hanya sebagian kecil dari masyarakat umum. Namun, dalam program ini, kriteria peserta lebih terbuka dan adil, dengan proses perekrutan yang melibatkan penyebaran informasi secara terbuka melalui brosur dan grup WhatsApp. Ini membuat program lebih inklusif dan memberi kesempatan yang lebih besar bagi anak muda di desa.

Seluruh rangkaian program ini, yang dimulai dari perencanaan perekrutan hingga sesi soft skill dan hard skill, serta dilanjutkan dengan pendampingan inkubasi bisnis, menurut Pak Ujang, merupakan program yang sempurna. Kini, ia hanya menantikan hasil dari peserta program, yang telah dibekali dengan berbagai keterampilan dan pendampingan yang komprehensif.

“Jadi dari perencanaan perekrutan yang bagus, pelaksanaannya ada sesi softskill dulu baru hardskill, setelah itu dikawal juga dengan kegiatan inkubasi bisnis. Menurut saya program ini sudah sempurna. Tinggal tunggu hasil dari anak mudanya, sudah dikasih semua jadi tunggal kembali ke individu anaknya.” Ucap Ujang Fuad Hasby

Transformasi Pak Ujang sebagai fasilitator, bersama dengan pelaksanaan pelatihan softskill yang inovatif, menunjukkan betapa pentingnya pendekatan holistik dalam memberdayakan pemuda. Perubahan ini tak hanya berdampak pada peserta, tetapi juga memberikan kebanggaan tersendiri bagi Pak Ujang yang telah berkontribusi dalam menggerakkan potensi desa dan generasi mudanya.*** (Cici)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *