Mengenal Toxic Relationship | Bagian #1: ⁠ Kontrol Berlebihan

  • Whatsapp

Toxic relationship adalah hubungan yang tidak sehat dan bikin kamu merasa tertekan, sedih, atau tidak dihargai. Dalam hubungan ini, salah satu atau kedua pihak sering saling menyakiti, baik secara fisik, emosional, atau mental.  Ciri-ciri Toxic Relationship: kontrol berlebihan, manipulasi emosi, kekerasan (verbal/fisik), cemburu berlebihan dan posesif, dan tidak ada dukungan.

A. KONTROL BERLEBIHAN

Apa itu Kontrol Berlebihan dalam Toxic Relationship?

Pasangan selalu mengatur atau melarang kamu bergaul, berpakaian, atau melakukan sesuatu. 

Kontrol berlebihan adalah situasi ketika pasangan berusaha mengatur atau mendominasi hidup kamu. Mereka tidak menghargai kebebasan dan pilihan kamu, sehingga kamu merasa terkekang. Bentuk kontrol ini bisa muncul secara halus (seperti membuat kamu merasa bersalah) atau secara terang-terangan (seperti memberi larangan-larangan tidak masuk akal).

Contoh Kontrol Berlebihan dalam Hubungan:

1. Mengatur Pergaulan

Mengatur pergaulan berarti pasangan melarang atau mengontrol dengan siapa kamu berinteraksi. Ini bisa berupa larangan bertemu teman atau keluarga, hingga membatasi hubungan dengan orang lain yang dianggap mengancam kendali mereka.

Contoh:

  • “Kenapa sih kamu sering banget pulang ke rumah orang tua kamu?” (Pasangan cemburu dengan keluarga kamu, merasa terancam dengan hubungan dekatmu dengan keluarga).
  • “Kalau kamu sayang aku, habisin waktumu sama aku aja.” (Pasangan memonopoli waktu, selalu ingin kamu bersamanya dan tidak memberi ruang untuk orang lain).
  • “Unfollow dia! Aku gak suka kamu masih kontak sama dia.” (Pasangan melarang kamu berinteraksi di media sosial, kamu dilarang mengikuti, berkomentar, atau chatting dengan orang tertentu di media sosial).
  • “Kamu gak boleh nongkrong sama dia, aku gak suka. (Membatasi kamu berteman dengan lawan jenis atau bahkan melarang kamu bergaul sama siapa pun).

Kenapa ini berbahaya? Kamu kehilangan koneksi dengan teman dan keluarga, membuatmu semakin tergantung pada pasangan. Selain itu, kamu tidak bisa menjalani kehidupan sosial yang sehat dan normal. Ketika kamu terisolasi, pasangan lebih mudah mengendalikan pikiran dan emosi kamu.

Solusinya, tegaskan batasan dengan pasangan dan tetap jalin hubungan dengan orang-orang terdekat. Ingat, hubungan sehat tidak mengisolasi, tetapi mendukung kebebasan dan kehidupan sosialmu.

2. Mengatur Penampilan

Mengatur penampilan berarti pasangan memaksa kamu mengubah atau menyesuaikan cara berpakaian, berdandan, atau tampil sesuai dengan seleranya. Ini bukan sekadar saran, tapi tuntutan yang membuat kamu merasa tidak bebas menjadi diri sendiri.

Contoh:

  • “Kamu gak boleh pakai baju kayak gitu, keliatan terlalu terbuka.” (Pasangan melarang kamu mengenakan pakaian yang menurutnya tidak pantas).
  • “Kalau kamu sayang aku, kamu harus pakai baju ini biar lebih cantik.” (Pasangan menuntut kamu tampil sesuai selera mereka, bahkan jika kamu tidak nyaman).
  • “Kamu terlihat jelek pakai warna itu. Coba ganti deh.” (Pasangan sering mengkritik pilihan pakaian atau gaya kamu hingga kamu merasa tidak percaya diri).
  • “Aku gak suka kalau kamu pakai makeup tebal.” (Pasangan memaksamu mengubah gaya rambut atau riasan agar sesuai dengan seleranya).

Kenapa ini berbahaya? Kamu akan kehilangan kendali atas cara mengekspresikan diri. Selain itu, kritik dan tuntutan terus-menerus bisa membuat kamu merasa tidak cukup baik dan menghancurkan kepercayaan diri kamu. Tak hanya itu, situasi seperti itu akan menciptakan ketergantungan, kamu selalu merasa harus mencari persetujuan pasangan untuk merasa pantas.

Solusinya, tegaskan hak kamu untuk memilih penampilan sendiri dan jangan biarkan pasangan mengontrol ekspresi pribadimu. Ingat, cinta yang sehat menghargai dan mendukung keunikan diri kamu.

3. Mengatur Media Sosial

Mengatur media sosial berarti pasangan mengontrol aktivitas dan interaksi kamu di platform online. Ini bisa berupa pembatasan siapa yang boleh kamu ikuti, komentar yang kamu berikan, atau bahkan mengharuskan kamu berbagi akses akun.

Contoh:

  • “Biar aku tahu kamu gak sembunyiin apa-apa, kasih aku password Instagram kamu.” (Pasangan menuntut akses langsung ke akun media sosial kamu).
  • “Kamu masih follow mantan? Unfollow dia sekarang juga.” (Pasangan memaksa kamu berhenti mengikuti orang tertentu karena merasa cemburu atau terancam).
  • “Jangan posting foto pakai baju kayak gitu. Aku gak suka.” (Pasangan melarang posting konten tertentu, mengatur apa yang boleh dan tidak boleh kamu unggah).
  • “Jangan like atau komen di foto dia!” (Pasangan mengontrol interaksi publik, mengatur dengan siapa kamu boleh berinteraksi di media sosial).
  • “Kamu baru online tadi malam? Kamu chat sama siapa?” (Pasangan terus memantau aktivitas kamu secara berlebihan untuk memastikan kamu tidak melakukan hal yang dia larang).

Kenapa Ini Berbahaya? Kamu tidak lagi merasa aman dan nyaman di media sosial. Selain itu, kamu selalu takut membuat pasangan marah dengan posting atau interaksi tertentu. Tak hanya itu, situasi seperti itu bisa meningkatkan ketergantungan dan kontrol, pasangan bisa menggunakan akses ini untuk memanipulasi dan mengendalikan kamu.

Solusinya, tegaskan bahwa media sosial adalah ruang pribadi dan pasangan tidak berhak mengontrolnya. Hubungan sehat memberi ruang untuk saling percaya, tanpa perlu terus-menerus memantau atau membatasi.

4. Melarang Aktivitas atau Hobi

Melarang aktivitas atau hobi terjadi ketika pasangan membatasi atau melarang kamu melakukan kegiatan yang kamu sukai, karena merasa tidak suka, cemburu, atau ingin mengontrol hidupmu. Ini bisa membuat kamu kehilangan waktu untuk diri sendiri dan merasa terkekang.

Contoh:

  • “Kalau kamu pergi latihan futsal, berarti kamu gak sayang sama aku.” (Membuat kamu meninggalkan aktivitas yang kamu suka dengan alasan “cemburu” atau “takut kehilangan.”)
  • “Ngapain sih terus-terusan main musik? Itu gak penting.” (Pasangan memaksa kamu meninggalkan hobi yang berarti bagi kamu).
  • “Jangan ikut kegiatan volunteer itu lagi. Waktumu habis buat aku aja.” (Pasangan melarang ikut komunitas atau kegiatan sosial, merasa terancam oleh aktivitas kamu di luar hubungan).
  • “Kamu terlalu sering olahraga. Mending fokus sama aku aja.” (Pasangan selalu mengkritik hobi hingga kamu merasa bersalah melakukannya).
  • “Kalau kamu sayang, kamu gak akan buang-buang waktu buat itu.” (Pasangan mengatur cara kamu menghabiskan waktu, menuntut agar kamu hanya fokus pada hubungan dan mengabaikan aktivitas pribadi).

Kenapa ini berbahaya? Kamu tidak punya waktu untuk mengekspresikan diri atau bersantai. Padahal, hobi dan aktivitas kamu sangat penting untuk perkembangan dan kebahagiaan pribadi. Di situasi seperti itu, kamu merasa hidupmu hanya berpusat pada pasangan dan kehilangan keseimbangan.

Solusinya, beritahu pasangan bahwa aktivitas ini penting untuk kebahagiaan kamu. Tetap lakukan hobi atau kegiatan yang kamu sukai tanpa rasa bersalah. Jika pasangan merasa terabaikan, ajak bicara untuk mencari keseimbangan antara hubungan dan aktivitas pribadi. Hubungan sehat mendukung kamu untuk berkembang dan melakukan hal-hal yang membuatmu bahagia, bukan sebaliknya.

5. Selalu Memantau dan Mengecek Lokasi

Memantau dan mengecek lokasi secara terus-menerus adalah bentuk kontrol di mana pasangan ingin selalu tahu keberadaan kamu dan sering kali memaksa kamu melaporkan aktivitas tanpa henti. Ini bisa membuat kamu merasa tertekan dan tidak dipercaya.

Contoh:

  • “Kamu harus selalu share lokasi biar aku tahu kamu di mana.” (Pasangan memaksa kamu mengaktifkan fitur berbagi lokasi tanpa henti).
  • “Udah sampai mana? Sama siapa aja? Pulangnya jam berapa?” (Pasangan sering menghubungi kamu terus menerus hanya untuk memastikan keberadaanmu dan mengatur jadwalmu).
  • “Kenapa kamu gak kasih tahu kalau mau keluar? Kamu sembunyi sesuatu, ya?” (Pasangan curiga dan marah jika kamu lupa memberi tahu keberadaanmu).
  • “Aku install aplikasi ini biar gampang cek kamu lagi di mana.” (Pasangan diam-diam menggunakan aplikasi pelacak tanpa izin, untuk mengetahui lokasi kamu).
  • “Kirim foto kamu di sana biar aku tahu kamu beneran di tempat itu.” (Pasangan selalu meminta bukti keberadaan sebagai bentuk kontrol).

Kenapa ini berbahaya? Dapat merusak kepercayaan, karena hubungan seharusnya didasari rasa percaya, bukan pengawasan ketat. Selain itu, bisa menghilangkan kebebasan, karena kamu merasa selalu diawasi dan tidak punya ruang pribadi. Situasi seperti itu juga akan meningkatkan ketegangan dan ketidaknyamanan, karena rasa tertekan dari kontrol berlebihan bisa memengaruhi kesehatan mentalmu.

Solusinya, tegaskan batasan, jelaskan bahwa kamu berhak atas privasi dan pasangan harus menghormatinya. Diskusikan rasa tidak amannya secara terbuka agar dia tidak merasa perlu mengawasi. Jika perilaku ini terus berlanjut tanpa perubahan, evaluasi apakah hubungan ini sehat untukmu. Hubungan sehat adalah tentang rasa percaya dan dukungan, bukan pengawasan atau kontrol yang berlebihan.

Cara Mengatasi Kontrol Berlebihan

  • Komunikasi dan Batasan. Sampaikan perasaanmu dan tetapkan batasan yang jelas tentang apa yang kamu anggap tidak bisa diterima.
  • Jangan Takut Berkata “Tidak”. Kamu berhak memilih apa yang terbaik untukmu dan tidak perlu menuruti hal-hal yang merugikanmu.
  • Cari Dukungan. Bicarakan dengan teman atau keluarga tentang masalah ini agar kamu tidak merasa sendirian.
  • Jangan Toleransi Kekerasan atau Ancaman. Jika pasangan memaksa atau mengancam, itu tanda serius untuk mempertimbangkan keluar dari hubungan tersebut.

Ingat, hubungan yang sehat adalah hubungan di mana kamu merasa bebas menjadi diri sendiri, bukan merasa seperti “dikendalikan” atau “diawasi” sepanjang waktu.***

Selanjutnya: Mengenal Toxic Relationship | Bagian #2: ⁠ Manipulasi Emosi

Yuk, gabung di saluran WhatsApp Sapa Institute untuk info dan tips lainnya: https://whatsapp.com/channel/0029VastnW35q08a8yoKGn05

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *