Toxic relationship adalah hubungan yang tidak sehat dan bikin kamu merasa tertekan, sedih, atau tidak dihargai. Dalam hubungan ini, salah satu atau kedua pihak sering saling menyakiti, baik secara fisik, emosional, atau mental.Ciri-ciri Toxic Relationship: kontrol berlebihan, manipulasi emosi, kekerasan (verbal/fisik), cemburu berlebihan dan posesif, dan tidak ada dukungan.
E. HUBUNGAN TANPA DUKUNGAN PASANGAN
Apa itu Kurangnya Dukungan dalam Toxic Relationship?
Bukannya mendukung, pasangan sering membuat kamu merasa rendah diri.
Tidak ada dukungan berarti pasangan tidak menghargai atau mendukung perkembangan dan kebutuhan kamu. Dalam hubungan sehat, pasangan seharusnya menjadi pendamping yang mendorong kamu mencapai tujuan dan merasa nyaman. Namun, dalam hubungan toxic, pasangan justru mengabaikan, meremehkan, atau bahkan menghalangi apa yang penting bagi kamu.
Contoh Hubungan Tanpa Dukungan:
1. Meremehkan Cita-Cita atau Impian Kamu
Ini terjadi ketika pasangan tidak mendukung atau meremehkan ambisi kamu, baik secara langsung maupun halus. Tindakan ini bisa membuat kamu kehilangan motivasi dan merasa tidak dihargai.
Contoh:
- “Kamu ngapain sih ngimpi setinggi itu? Gak mungkin bisa tercapai.” (Mengatakan impianmu tidak realistis. Dia merendahkan ambisi kamu dan membuat kamu ragu pada kemampuanmu sendiri).
- “Ya paling juga keberuntungan doang.” (Menyepelekan pencapaianmu. Kesuksesan kamu dianggap tidak penting atau hanya kebetulan).
- “Ngapain kuliah lagi? Mending di rumah aja, gak perlu repot-repot.” (Pasangan membatasi ruang gerak kamu dalam mengejar pendidikan atau karier).
- “Kalau kamu sayang aku, kamu gak bakal sibuk ngejar cita-cita sendiri.” (Pasangan membuat kamu merasa bersalah karena berusaha meraih impian, membuat kamu merasa egois karena mengejar impian).
- “Kamu gak bakal bisa kayak dia, jadi gak usah berharap terlalu banyak.” (Membandingkan dengan orang lain secara negatif. Dia mematahkan semangat dengan perbandingan yang tidak sehat).
- “Mau jadi apa sih kalau terus-terusan ikut lomba kayak gitu?” (Pasangan tidak menghargai ambisi dan membuat kamu merasa cita-citamu tidak penting).
Kenapa ini berbahaya? Tindakan itu akan menghilangkan motivasi. Kamu mulai meragukan kemampuan dan impianmu sendiri. Kamu merasa harus bergantung pada pasangan dan meninggalkan cita-citamu. Tidak adanya dukungan dari pasangan bisa memicu stres dan menurunkan rasa percaya diri.
Solusinya, pertahankan fokus pada impianmu. Jangan biarkan komentar negatif menghalangi langkah kamu. Temukan teman atau komunitas yang bisa mendukung cita-citamu. Jika pasangan terus meremehkan impianmu, hubungan ini mungkin tidak sehat untuk kamu. Hubungan yang sehat mendukung pertumbuhan dan impian, bukan justru merendahkan atau menghalangi kamu.
2. Mengabaikan Kebutuhan Emosional Kamu
Ini terjadi ketika pasangan tidak peduli atau tidak responsif terhadap perasaan dan kebutuhan emosional kamu. Hal ini membuat kamu merasa tidak didengarkan, diabaikan, atau tidak dihargai, meski kamu membutuhkan dukungan.
Contoh:
- “Aku lagi capek, gak usah cerita panjang-panjang.” (Pasangan tidak mau mendengarkan saat kamu curhat, tidak mau memberikan waktu dan perhatian ketika kamu ingin berbagi masalah).
- “Kamu lebay banget, itu masalah kecil aja kok. Udahlah, gak usah lebay. Semua orang juga punya masalah.” (Pasangan meremehkan perasaan kamu, menganggap emosi atau kesedihan kamu tidak penting).
- “Ya udah, urusin sendiri aja masalahmu.” (Dia tidak ada dukungan saat kamu sedih atau stres, tidak memberikan dukungan emosional ketika kamu membutuhkannya).
- Saat kamu berbagi masalah, dia malah berkata, “Kamu gak tahu masalahku lebih berat.” (Mengubah pembicaraan menjadi tentang dirinya. Dia selalu memprioritaskan emosinya di atas kamu).
- “Gak usah bahas itu sekarang, aku gak suka ngomongin perasaan.” (Dia sering menghindari percakapan yang penting. Setiap kali kamu ingin bicara serius, dia selalu menghindar).
Kenapa ini berbahaya? Pengabaian itu bisa Merusak Koneksi Emosional. Hubungan terasa dingin dan membuat kamu merasa sendirian. Selain itu, bisa mengurangi kepercayaan dan kedekatan. Kamu ragu untuk berbagi perasaan di masa depan. Situasi seperti itu bisa menyebabkan stres dan kecemasan, Kamu merasa tidak didukung dan selalu memendam emosi.
Solusinya, komunikasikan Kebutuhanmu. Jelaskan bahwa kamu butuh pasangan yang mendengarkan dan mendukung. Cari dukungan lain, temukan teman atau keluarga yang bisa memberikan dukungan emosional. Jika pasangan terus mengabaikan kebutuhan emosionalmu, pertimbangkan apakah hubungan ini sehat untuk dilanjutkan. Hubungan yang sehat menyediakan ruang bagi kedua pihak untuk berbagi dan mendukung secara emosional.
3. Menghalangi Perkembangan Diri
Ini terjadi ketika pasangan menghambat usaha kamu untuk berkembang, baik secara pribadi, akademis, karier, atau keterampilan. Tindakan ini membuat kamu tidak bisa mencapai potensi terbaik dan kehilangan kesempatan untuk tumbuh.
Contoh:
- “Ngapain kuliah lagi? Buang-buang waktu aja. Ngapain? Kamu kan udah punya aku.” (Pasangan melarang kamu mengikuti kursus atau pendidikan tambahan, meremehkan usahamu untuk belajar dan meningkatkan diri).
- “Jangan ambil posisi itu, nanti kamu jadi sibuk dan lupa sama aku.” (Dia tidak mendukung kamu mengejar karier atau promosi, membuat kamu merasa bersalah karena ingin maju dalam karier).
- “Kenapa ikut kegiatan kayak gitu? Gak ada gunanya.” (Dia mengkritik hobi atau minat baru kamu. Setiap usaha kamu untuk mengeksplorasi minat dianggap tidak penting).
- “Jangan pakai uang buat kursus itu, gak usah repot-repot.” (Dia mengendalikan keuangan untuk mencegah kemajuan, menahan akses kamu ke sumber daya untuk pengembangan diri).
- “Gak usah kerja, aku bisa kok urus semuanya.” (Dia menciptakan ketergantungan dan menghalangi kamu untuk mandiri, membuat kamu bergantung padanya).
Kenapa ini berbahaya? Perlakuan pasangan seperti itu bisa membatasi potensi dan kesempatan. Kamu kehilangan peluang untuk belajar dan berkembang. Kamu dipaksa bergantung pada pasangan tanpa ruang untuk mandiri. Selain itu, bisa menurunkan rasa percaya diri. Kritikan terus-menerus membuat kamu meragukan kemampuanmu sendiri.
Solusinya, pertahankan tujuan dan ambisi kamu. Jangan biarkan komentar negatif menghentikan langkah kamu. Cari komunitas atau teman yang mendukung perkembangan kamu. Jika pasangan terus menghalangi kemajuan kamu, pertimbangkan apakah hubungan ini sehat. Hubungan yang sehat mendukung pertumbuhan dan kemajuan kedua pihak, bukan malah menghambat usaha untuk berkembang.
4. Tidak Menghargai Keberhasilan Kamu
Ini terjadi ketika pasangan mengabaikan atau meremehkan pencapaian kamu, alih-alih mendukung dan merayakannya. Tindakan ini dapat membuat kamu merasa tidak dihargai dan kehilangan motivasi untuk mencapai hal-hal besar.
Contoh:
- “Cuma gitu doang, gak usah dibanggain.” (Pasangan menyepelekan pencapaianmu, seolah-olah tidak ada artinya, menganggap kesuksesan kamu tidak penting).
- “Kamu dapat promosi? Aku juga lagi banyak kerjaan, tapi gak sombong.” (Alih-alih merayakan keberhasilanmu, dia malah fokus ke dirinya sendiri).
- Kamu bercerita soal pencapaian, tapi dia hanya menanggapi dengan, “Oh.” Dia tidak memberikan ucapan selamat atau apresiasi. Pasangan tampak acuh tak acuh atau tidak peduli.
- “Ya, tapi si A pencapaiannya lebih hebat.” Alih-alih mengapresiasi, dia malah membandingkan dengan orang lain, membuat kamu merasa tidak cukup baik.
- “Kamu bisa sukses karena faktor keberuntungan aja.” (Pasangan meremehkan usaha kamu dengan komentar sinis, mengkritik atau menyindir keberhasilan kamu)
Kenapa ini berbahaya? Pasangan yang tidak menghargai keberhasilan kamu bisa menurunkan rasa percaya diri. Kamu mulai meragukan nilai dari pencapaianmu sendiri, merasa percuma untuk terus berusaha jika tidak ada apresiasi. Hubungan jadi terasa kurang suportif dan penuh kritik.
Solusinya, jelaskan bahwa kamu butuh pasangan yang bisa menghargai keberhasilan kamu. Bagikan pencapaian kamu dengan orang-orang yang mendukung. Jika pasangan terus tidak menghargai, pertimbangkan apakah hubungan tersebut baik untuk kamu. Hubungan yang sehat merayakan setiap keberhasilan bersama dan memberikan dorongan untuk terus berkembang.
5. Mementingkan Diri Sendiri
Ini terjadi ketika pasangan hanya fokus pada kebutuhan dan keinginannya sendiri, tanpa mempertimbangkan perasaan atau kepentingan kamu. Kamu merasa tidak diprioritaskan dan selalu diminta menyesuaikan diri dengan pasangan.
Contoh:
- “Kamu harus selalu ada buat aku, gak peduli sibuk atau gak.” (Pasangan mengabaikan jadwal dan kesibukanmu, selalu menuntut waktu dan perhatian kamu).
- “Kita nonton film yang aku mau, titik.” (Dia tidak mau berkompromi dalam keputusan bersama. Setiap keputusan diambil sepihak, tanpa mempertimbangkan pendapatmu).
- Saat kamu sakit atau butuh bantuan, dia malah berkata, “Aku juga banyak masalah.” (Pasangan mengabaikan kebutuhan kamu, tidak peduli dengan apa yang kamu butuhkan).
- “Aku dulu yang penting, urusan kamu nanti aja.” (Kamu diminta menomorduakan dirimu demi kepentingannya, selalu menjadikan dirinya prioritas utama).
- “Aku lebih capek dari kamu, jadi aku yang butuh istirahat.” (Semua perhatian dan empati diarahkan hanya pada pasangan, menganggap dirinya lebih penting dalam hubungan).
- “Ya kamu harusnya ngerti lah, aku sibuk. Jangan berharap lebih.” (Pasangan selalu memprioritaskan kebutuhan atau keinginannya dan tidak peduli dengan kebutuhan kamu.)
Kenapa ini berbahaya? Mementingkan diri sendiri bisa merusak keseimbangan hubungan, karena hanya satu pihak yang terus berkorban. Dalam hubungan seperti itu, kamu merasa tidak dihargai dan selalu ditekan. Pasangan membuat kamu merasa bahwa kebahagiaannya selalu lebih penting.
Solusinya, komunikasikan perasaan dan kebutuhan kamu. Jelaskan bahwa kamu juga butuh perhatian dan kompromi. Jangan ragu untuk mengatakan tidak jika pasangan mulai mementingkan dirinya sendiri. Jika perilaku ini terus terjadi tanpa perubahan, pertimbangkan untuk mencari hubungan yang lebih sehat. Hubungan yang sehat dibangun atas saling pengertian dan kompromi, bukan fokus pada satu pihak saja.
Tips Keluar dari Hubungan Tanpa Dukungan:
- Percayai Diri Sendiri dan Nilai Usahamu. Kamu tidak perlu validasi pasangan untuk mengejar apa yang kamu inginkan.
- Bangun Lingkungan Positif di Sekitar Kamu. Cari teman, mentor, atau komunitas yang bisa mendukung perjalananmu.
- Jangan Takut untuk Melepaskan. Keluar dari hubungan toxic bukan kegagalan, melainkan langkah menghargai diri sendiri.
- Pulihkan Semangat dan Motivasi. Setelah keluar, fokuslah pada apa yang ingin kamu capai dan rayakan setiap pencapaian kecil.
Ingat, hubungan sehat adalah ketika pasangan mendukung dan mendorong kamu untuk jadi versi terbaik diri kamu, bukan mengabaikan atau menghentikan langkahmu. Kamu berhak mendapat pasangan yang hadir dan bangga pada apa pun yang kamu capai.***
- Sebelumnya: Mengenal Toxic Relationship | Bagian #1: Kontrol Berlebihan
- Sebelumnya: Mengenal Toxic Relationship | Bagian #2: Manipulasi Emosi
- Sebelumnya: Mengenal Toxic Relationship | Bagian #3: Kekerasan (Verbal dan Fisik)
- Sebelumnya: Mengenal Toxic Relationship | Bagian #4: Cemburu Berlebihan dan Posesif
Yuk, gabung di saluran WhatsApp Sapa Institute untuk info dan tips lainnya: https://whatsapp.com/channel/0029VastnW35q08a8yoKGn05