Refleksi Maulid Nabi: Angin Surga bagi Perempuan

  • Whatsapp

Menilik beberapa karya dari tulisan biografi Nabi Muhammad SAW seperti Hayatu Muhammad –nya Haekal, Tarikh Nabi Muhammad SAW KH Munawar Kholil atau Membangun Peradaban Sejarah Muhammad SAW karya H.M.H Al-Hamid Al-Husaini, sepakat bahwa 12 Rabiul Awal merupakan tanggal kelahiran Muhammad.

Kelahiran Muhammad yang kelak menjadi Nabi dan Rasul ini membawa angin revolusioner dalam perubahan yang terjadi di masyarakat Arab pada waktu yang terkenal dengan sebutan masa jahiliyah.

Salah satu kelompok yang mendapat perhatian khusus dari misi prophetik kerasulan Muhammad SAW adalah perempuan. Bagaimana tidak, kondisi perempuan sebelum Islam sangat tidak di hargai. Perempuan dianggap sebagai “makhluk setengah manusia.” kehadirannya dianggap hanya dianggap sebagai pelengkap kebutuhan laki-laki.

Namun ketika Islam datang lewat apa yang disuarakan oleh Nabi Muhammad dengan semangat revolusionernya, hadir untuk membebaskan, menghargai dan memuliakan perempuan.

Islam hadir dengan ajaran yang menempatkan posisi perempuan setara di hadapan Allah. Islam mengapresiasi perempuan dengan pahala yang sama ketika berbuat kebaikan dan Islam sangat menjunjung tinggi nilai kemanusiaan perempuan.

Padahal sebelumnya, eksistensi perempuan hanyalah makhluk yang dipandang  tidak sempurna. Perempuan yang pada awalnya sangat tidak diharapkan kehadirannya bahkan harus di bunuh hidup-hidup ketika lahirnya. Akan tetapi, Islam justeru mengapresiasi dengan menyambut kelahirannya lewat cara bersyukur dengan prosesi aqiqah.

Banyak ajaran Islam dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang berkaitan dengan pembebasan dan pemuliaan terhadap perempuan; seperti hak waris, hak mendapatkan pendidikan, hak menyatakan pendapat, hak berpartisipasi di ruang publik, hak mendapatkan kesehatan, hak mendapatkan jaminan keamanan dan lain sebagainya. Maka tidak heran, zaman Nabi merupakan puncak keemasan (golden era) posisi perempuan.

Namun sangat disayangkan, kepergian Nabi Muhammad untuk selamanya memutar arah jam ketika posisi perempuan perlahan mengalami kemunduran.

Lantas apa yg menjadi problem perempuan hari ini? Salah satu problem yg sangat mengkhawatirkan itu adalah masih tingginya angka kekerasanl terhadap perempuan, sebagaimana Catatan Tahunan Komnas Perempuan bahwa ada 299.911 kasus kekerasan terhadap perempuan sepanjang 2020.

Data kasus di atas pada kenyataannya bisa jadi lebih tinggi dari yang tercatat. Kenapa bisa seperti itu? Karena bagi sebagian perempuan untuk melaporkan kasus yang mereka alami perlu dukungan poitif. Dalam beberapa kasus, mereka merasa takut melapor, malu atau menganggap itu sebuah aib yang tidak boleh orang banyak mengetahuinya. Sementara tren kekerasan terhadap perempuan semakin variatif dari segi modus dan bentuk kekerasan.

Sekilas potret perempuan hari ini tidak berbanding lurus dengan apa yang menjadi cita cita mulia ajaran Nabi kita Muhammad SAW. Semangat penyelenggaraan ibadah ritual yang semakin gebyar belum mampu masuk pada ajaran sosial yang lebih substansialistik . Maka dari itu seyogyanya seremonial tentang peringatan hari besar keagamaan seperti Maulid Nabi ini menjadi media refleksi kritis dari pada pola keberagaman kita selama ini, sekaligus perlu mengangkat tema-tema yang aktual, progresif dan kontekstual yang terjadi di sekitar kita.***

# Wallahu alam bisshowab
# Rindu kami padamu, Rasul.

Iman Soleh Hidayat

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *