Mencintai Indonesia

  • Whatsapp
Ilustrasi: Net

Oleh Iman Soleh Hidayat*

17-8-1945 – 17-8- 2022.  77 tahun sudah bangsa ini terlepas dari cengkraman para penjajah. Tepat pada hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Dengan demikian maka bangsa ini menjadi bangsa yang berdaulat untuk menentukan arah perjalanannya sendiri. Tanpa di atur oleh bangsa lain.

17 Agustus ditetapkan sebagai dirgahayu republik Indonesia. Sebagai wujud apresiasi simbolis terhadap hari spesial ini, banyak yang dilakukan warga negara dengan aneka ragam cara, dari mulai mengibarkan bendera merah putih di darat, laut dan udara. Ada juga yang melakukan naik gunung tertinggi, atau sekedar mengadakan berbagai macam perlombaan hiburan seperti lomba makan kerupuk, tarik tambang, gerak jalan santai, panjat pinang dan lain sebagainya–itu semua dilakukan sebagai wujud manifestasi kecintaan terhadap bangsa ini. Bahkan tidak sedikit orang mengekspresikan kecintaannya ini dengan slogan “i love Indonesia”, “NKRI harga mati”, “cinta kebhinekaan “, ” aku Pancasila”, dan seterusnya.

Adalah seorang filosof Francis Gabriel Marcel mengatakan, cinta itu memerlukan fidelite, yakni sikap setia dalam membangun hubungan dengan yang dicintai. Selain itu, cinta pun kata Marcel harus memiliki engagement yaitu mengambil bagian dalam membangun relasi yang positif. Dalam konteks ke-Indonesiaan ini, apa yang dikatakan oleh Marcel tadi harus dimaknai: jika kita cinta Indonesia maka semua pihak harus terlibat dalam mencegah bangsa ini dari keterpurukan dan kemunduran.

Indonesia hari ini masih dihiasi dengan berbagai masalah politik, ekonomi, budaya, kesehatan, ancaman radikalisme dan separatisme, korupsi, pengrusakan lingkungan, kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak dan berbagai masalah lainnya. Semua pihak harus bisa mengawal  perahu kebangsaan ini menuju pada keadaan yang lebih baik. Sebagaimana hal ini diamanatkan dalam konstitusi yang dirumuskan dalam Pancasila. Semua pihak harus mengambil peran menuju Indonesia yang lebih baik. Sekecil apapun peran dan sumbangsih harus kita apresiasi. Hanya orang-orang picik yang tidak menghargai hasil kerja orang lain.

Momentum 17 Agustus harus menjadi titik balik bangsa ini menuju perubahan besar menuju bangsa yang berdaulat, mandiri dan bisa sejajar dengan maju lainnya. Dengan modal sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah, tidak ada alasan lagi bagi bangsa ini untuk terus-menerus berapologi merasa diri serba kekurangan dan ketergantungan dengan bantuan hutang dari bangsa lain.

Semangat 45 yang sering dijadikan simbol perlawanan untuk mengusir penjajah sudah saatnya menjadi simbol perlawanan untuk mengusir penjajah dalam bentuk egoisme, keserakahan dan kepicikan dalam berbangsa dan bernegara.

Wallahu ‘alam bish-showab

*Iman Soleh Hidayat, Sapa Institute dan Pegiat Forum Kajian Paramuda Persis (FKPP)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *